YANG PERTAMA KALI MASUK ISLAM
Setelah menerima wahyu pertama, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam tidak langsung menerima wahyu berikutnya. Ada tenggang waktu.
Masa kekosongan ini disebut dengan masa fatrah. Tidak ketahui secara
pasti berapa lama masa ini berlangsung. Namun, sepertinya tidak
berlangsung lama.[1] Saat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah
mulai merasa tenang dan siap menerima wahyu berikutnya, maka wahyupun
turun.
Mengenai wahyu yang turun setelah masa fatrah ini, para ulama
berselisih pendapat mengenai wahyu yang turun kemudian. Ada yang
mengatakan surat al Muddatstsir ayat 1-5. Ada juga yang mengatakan surat
adh Dhuha, seperti Ibnu Ishaq. Beliau t mengatakan dalam sirahnya :
“Kemudian wahyu tidak turun kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam beberapa saat, sehingga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
merasa berat dan sedih. Lalu Jibril datang kepadanya dengan membawa
surat adh Dhuha”.[2]
Namun dari dua pendapat tersebut, yang terkuat, yaitu pendapat yang
didukung oleh hadits, yakni surat al Muddatstsir. Sebagaimana tersebut
dalam sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan
dari Jabir :
فَبَيْنَا أَنَا أَمْشِي سَمِعْتُ صَوْتًا مِنْ السَّمَاءِ فَرَفَعْتُ
بَصَرِي قِبَلَ السَّمَاءِ فَإِذَا الْمَلَكُ الَّذِي جَاءَنِي بِحِرَاءٍ
قَاعِدٌ عَلَى كُرْسِيٍّ بَيْنَ السَّمَاءِ وَاْلأَرْضِ فَجَئِثْتُ مِنْهُ
حَتَّى هَوَيْتُ إِلَى اْلأَرْضِ فَجِئْتُ أَهْلِي فَقُلْتُ زَمِّلُونِي
زَمِّلُونِي فَزَمَّلُونِي فَأَنْزَلَ الهُا تَعَالَى يَا أَيُّهَا
الْمُدَّثِّرُ قُمْ فَأَنْذِرْ إِلَى قَوْلِهِ فَاهْجُرْ
Ketika aku sedang berjalan, (tiba-tiba) aku mendengar suara dari
(arah) langit. Aku mengangkat pandanganku ke arah langit, ternyata ada
malaikat yang mendatangiku di Gua Hira`. Dia duduk di atas kursi antara
langit dan bumi. Aku takut padanya, sampai-sampai aku jatuh ke tanah.
Lalu aku mendatangi keluargaku. Aku katakan kepada mereka : “Selimuti
aku! Selimuti aku!” Maka merekapun menyelimutiku, lalu Allah Azza wa
Jalla menurunkan :
يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ قُمْ فَأَنْذِرْ وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ
Hai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah
peringatann, dan Rabb-mu agungkanlah, dan pakaianmu sucikanlah, dan
perbuatan dosa (menyembah berhala) tinggalkanlah, -QS al Muddatstsir
ayat 1-5. [HR Imam al Bukhari dan Muslim].
Sedangkan surat adh Dhuha, surat ini diturunkan saat wahyu tidak
turun selama dua atau tiga hari.[3] Kemudian orang kafir Quraisy
mengolok-olok, dengan mengatakan bahwa Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa
sallam telah ditinggalkan Rabb-nya. Bahkan diriwayatkan, ada seorang
wanita musyrik mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
seraya berkata : “Aku berharap setanmu telah meninggalkan engkau,” akan
tetapi kemudian Allah Azza wa Jalla menurunkan surat ini sebagai pelipur
lara bagi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam .
DAKWAH SECARA RAHASIA
Setelah menerima surat al Muddatstsir ayat 1-5, Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam mulai mendakwahkan Islam secara sembunyi-sembunyi.
Mulanya dengan mendakwahkan kepada orang-orang yang terdekat dengan
beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Ibnu Ishaq dan al Waqidi
mengatakan, dakwah dengan cara seperti ini berlangsung selama tiga
tahun. Ada juga yang mengatakan selama empat tahun. Hingga akhirnya
Islam mulai dikenal, dan mulai ada sahabat yang beriman kepada Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wa sallam
Meskipun saat itu fanatik kesukuan sangat kuat tertanam dalam dada
orang Quraisy, namun Islam tidak tersebar melalui jalur ini. Buktinya,
tidak semua orang terdekat beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mau
menerima dakwah ini. Sebagai contoh, Abu Thalib meninggal dalam keadaan
tidak beriman. Begitu juga salah satu paman beliau Shallallahu ‘alaihi
wa sallam yang bernama Abu Jahl, bahkan menjadi penentang keras dakwah
Islam.
ORANG-ORANG YANG PERTAMA KALI MENERIMA ISLAM
1. Khadijah Radhiyallahu anha binti Khuwailid.
Hadits yang berkaitan dengan permulaan wahyu menunjukkan bahwa, Khadijah
Radhiyallahu anha adalah orang yang pertama kali mendengar kabar
kenabian beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan turunnya wahyu. Dalam
hadits itu juga dijelaskan, Khadijah Radhiyallahu anha percaya terhadap
apa yang didengarnya dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ,
mendukungnya, dan berusaha meringankan beban yang dirasakan Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam .
Siapapun yang memahami permasalahan ini, tentu tidak merasa heran
jika Khadijah Radhiyallahu anha menjadi orang pertama yang beriman
kepada risalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , sebagaimana
dikatakan oleh Ibnu Ishaq dan al Waqidi. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam tidak pernah mendengar sesuatu yang menyakitkan dari Khadijah;
tidak pernah membantah dan juga tidak pernah mendustakan. Kegelisahan
dan penderitaan yang dirasakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ,
telah dihapus oleh Allah Azza wa Jalla, atau berkurang dengan
perantaraan Khadijah Radhiyallahu anha . Sungguh, beliau Radhiyallahu
anha seorang isteri yang sangat berjasa. Wajarlah jika Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat mencintainya. Sampai-sampai
diceritakan bahwa, Aisyah Radhiyallahu anhuma tidak pernah merasa
cemburu kecuali kepada Khadijah Radhiyallahu anha, karena Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam sering menyebutnya, meskipun beliau
Radhiyallahu anha sudah wafat.
2. Ali bin Abu Thalib bin Abdul Muthallib al Quraisy al Hasyimiy.
Tidak berapa lama kemudian, Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu anhu memeluk
Islam. Beliau Radhiyallahu anhu berada dalam asuhan Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam , sebagai wujud kepedulian beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada pamannya yang memiliki banyak
anggota keluarga, sementara tidak memiliki harta yang cukup untuk
menanggung beban hidup.
Tentang usia Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu anhu saat memeluk Islam,
para ulama berbeda pendapat. Imam ath Thabari, Ibnu Ishaq, menguatkan
pendapat yang mengatakan, usianya saat itu dua puluh tahun.[4] Sedangkan
Imam Ibnu Hajar, menguatkan pendapat yang menyatakan sepuluh tahun.
Yang jelas, Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu anhu termasuk generasi
pertama yang memeluk Islam. Kemudian dijadikan menantu oleh Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam , menikahkannya dengan Fatimah anak
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam .
Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu anhu juga memiliki banyak keutamaan,
kedudukan dan keistimewaan di sisi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam . Dijelaskan dalam banyak hadits, di antaranya sabda Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Ali bin Abu Thalib :
أَنْتَ مِنِّي وَأَنَا مِنْكَ
Engkau adalah bagian dariku, dan aku bagian darimu.
Umar bin Khaththab juga pernah mengatakan :
تُوُفِّيَ رَسُولُ الهِa صَلَّى الهُl عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ عَنْهُ رَاضٍ
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat dalam keadaan ridha terhadap Ali Radhiyallahu anhu . [Lihat Shahih Bukhari].
3. Abu Bakr ash Shiddiq.
Dia bernama ‘Abdullah bin Utsman. Terkenal dengan nama Abu Qahafah at
Taimiy, berasal dari Bani Taim bin Murrah. Dialah laki-laki dewasa
merdeka yang pertama kali masuk Islam, sekaligus sebagai pendukung
pertama Rasulullah. Membantu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
dengan harta dan jiwanya. Dia tegar bersama Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam . Mempercayai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
saat orang lain mengingkari atau meragukannya. Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam menceritakan :
إِنَّ اللَّهَ بَعَثَنِي إِلَيْكُمْ فَقُلْتُمْ كَذَبْتَ وَقَالَ أَبُو بَكْرٍ صَدَقَ وَوَاسَانِي بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ
Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah mengutusku kepada kalian, lalu
kalian mengatakan : “Engkau dusta,” sedangkan Abu Bakr mengatakan :
“Dia benar,” lalu dia membantuku dengan harta dan jiwanya. [HR Bukhari].
Dia jualah yang memberikan pembenaran terhadap peristiwa Isra` dan
Mi`raj Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, saat orang-orang kafir
Quraisy berusaha membuatnya ragu, namun ia sama sekali tidak bergeming.
Sehingga tidak mengherankan, kalau kemudian ia mendapatkan gelar ash
Shiddiq.
4. Zaid bin Haritsah.
Dia merupakan orang yang pertama kali masuk Islam dari kalangan budak
yang sudah merdeka. Berasal dari suku al Kalb. Dia menjadi tawanan pada
masa jahiliyah. Lalu Hakim bin Hazam membelinya untuk Khadijah. Dan saat
Rasulullah menikah dengan Khadijah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam memintanya.
Pada saat bapak dan bibinya datang ke Mekkah, mereka mengetahui
keberadaan Zaid bin Haritsah. Lalu ingin menebusnya, tetapi Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan pilihan kepada Zaid. Ikut bapak
dan bibinya, atau tetap bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam . Ternyata, Zaid lebih memilih tetap bersama Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam .[5] Oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam , Zaid bin Haritsah disebutnya sebagai “saudara”, sebagaimana
dalam sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
أَنْتَ أَخُوْنَا وَ مَوْلاَنَا
Engkau adalah saudara dan pembantu kami.
5. Bilal bin Rabbah.
Dialah dari kalangan budak yang pertama kali masuk Islam. Dia budak dari
seorang tuan yang zhalim, yaitu Umayyah bin Khalaf. Saat tuannya
mengetahui Bilal telah memeluk Islam, maka ia menyiksanya dengan siksaan
yang berat, dengan harapan Bilal mau kembali meyakini yang telah
menjadi keyakinannya semula. Namun Bilal, tetap teguh dengan
keimanannya, meskipun mendapatkan siksaan yang berat. Sampai akhirnya,
dia dibeli oleh Abu Bakr, lalu dibebaskannya.
Kemuliannya nampak, karena dia termasuk di antara para sahabat yang
dijamin masuk surga.\ Disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam :
… فَإِنِّي سَمِعْتُ دَفَّ نَعْلَيْكَ بَيْنَ يَدَيَّ فِي الْجَنَّةِ …
… Sesungguhnya aku mendengar suara gerakan dua sandalmu di hadapanku di surga. [HR Bukhari].
Demikian beberapa sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
yang pertama kali memeluk Islam. Namun siapakah di antara para sahabat
tersebut yang paling dahulu memeluk Islam?
Dalam masalah ini, para ulama berselisih pendapat. Di antaranya ada
yang berpendapat Khadijah yang paling pertama. Yang lain mengatakan Ali
Radhiyalllahu anhu . Yang lain lagi mengatakan Abu Bakr Radhiyallahu
anhu. Dan ada juga yang mengatakan Zaid bin Haritsah Radhiyallahu anhu.
Terlepas dari perbedaan pendapat ini, yang jelas mereka merupakan
orang-orang yang paling pertama menyambut dakwah Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam .
Syaikh al Albani mengatakan : “Lelaki dewasa dan merdeka yang pertama
kali beriman adalah Abu Bakar. Dari kalangan anak-anak adalah Ali bin
Abu Thalib Radhiyallahu anhu. Dari kalangan wanita ialah Khadijah,
isteri beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Dan dari kalangan budak
adalah Zaid bin Haritsah al Kalbiy. Semoga Allah meridhai mereka, serta
membuat mereka menjadi ridha”. [6]
Wallahu a’lam bish-shawab.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 07//Tahun X/1427H/2006M.
Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8
Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]
_______
Footnote
[1]. As Siratun Nabawiyah ash Shahihah, hlm. 127.
[2]. As Siratun Nabawiyah fi Dhau-il Kitab was Sunnah, hlm. 280.
[3]. HR Bukhari. Lihat As Siratun Nabawiyah ash Shahihah, hlm. 127.
[4]. As Siratun Nabawiyah fi Dhau-il Kitab was Sunnah, hlm. 284.
[5]. Lihat Fat-hul Baari, Manaqibu Zaid.
[6]. Shahihus Siratin Nabawiyah, hlm. 99.