Jumat, 05 Mei 2017

Tujuan Shalat sebagai Pemecah Masalah

Tujuan Sholat Yang Tertulis Dalam Al-Qur’an
Surat Thoha ayat 14 menyebutkan :
�Sesungguhnya Aku ini Allah tidak ada illah melainkan Aku, maka berbaktilah kepada-Ku dan dirikanlah sholat untuk mengingat Allah�.
Ayat diatas menjelaskan bahwa tujuan Allah memerintahkan sholat dalam rangka untuk mengingat Allah. Para ilmuwan berbeda pendapat dalam menafsirkan kalimat mengingat Allah , mereka ada yang menafsirkan :
Mengingat Zat-Nya
Mengingat sifat-sifat-Nya
Mengingat kenikmatan-kenikmatan dan ancaman/siksa Allah
Mengingat sunnatullah yang diberlakukan-Nya
Untuk mendapatkan kepastian dari pengertian tersebut, bersama ini kami sampaikan beberapa ayat penunjang, insya Allah akan dapat memberikan pengertian ya ng lebih kongkrit lagi (jelas) diantaranya tertulis pada surat Al-Ahzab ayat 37 � 43 berbunyi sebagai berikut :
�Dan ingatlah ketika kamu berkata kepada orang yang Allah telah melimpahkan nikmat kepadanya : �Tahanlah terus istrimu dan bertaqwalah kepada Allah’ sedang kamu menyembunyikan di dalam hatimu apa yang Allah akan menyatakan dan kamu takut kepada manusia padahal Allah yang berhak untuk kamu takuti.
Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya (menceraikan), Kami kawinkan kamu dengan dia supaya tidak ada keberatan lagi orang-orang mukmin untuk mengawini istri-istri anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan perceraian terhadap istrinya. Dan ketetapan Allah pasti terjadi.
Tidak ada keberatan atas nabi apa yang telah ditetapkan Allah baginya, sebagaimana para nabi-nabi yang telah berlalu dahulu dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku.
Orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada takut kepada seorangpun selain Allah dan cukuplah Allah sebagai pembuat perhitungan.
Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki diantara kamu tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
Hai orang-orang yang beriman ingatlah Allah dengan mengingat sebanyak-banyaknya. Dan sucikanlah Dia di waktu pagi dan petang.
Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-malaikat supaya Ia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya. Dan adalah Allah Maha Menyayang kepada orang-orang beriman� .
Pada prinsipnya ayat tersebut mengisahkan ketika Zaid, anak angkat Rasulullah berkehendak menceraikan istrinya, Rasul memgatakan tahanlah terus istrimu, padahal Rasul bersimpati (menaruh hati), hal itu dilakukan karena Rasul takut kepada pandangan manusia saat itu, barangkali memandang bahwa mencintai bekas istri anak angkatnya merupakan keaiban, apalagi sampai mengawininya. Lalu Allah memerintahkan kepada nabi untuk mengawininya, perintah itu mungkin dirasakan berat bagi nabi karena akan mendobrak tradisi masyarakat yang berlaku, lalu Allah menjelaskan bahwa nabi-nabi sejak dulu tidak pernah keberatan menerima ketetapan Allah. Lalu Allah memerintahkan kepada orang-orang beriman, yang mungkin masih terpengaruh budaya masyarakat, agar berdzikir (mengingat) kepada Allah, dengan sebanyak-banyaknya bahkan dengan mensucikan Allah secara rutin pagi dan petang.
Perintah mengingat pada ayat tersebut dapat dipastikan mengingat perintah Allah dalam mengawinkan nabi kepada anak angkatnya, merupakan nilai atau hukum positif, sebab akan membawa perbaikan dan menjauhkan dari kerusakan. Apabila orang-orang beriman tidak mendalami perintah tersebut dengan sebanyak-banyaknya, sampai tidak mengetahui kebaikannya mereka pasti akan mengecam Allah atau menyalahkannya, kalau sudah demikian mereka akan menjadi kafir kembali.
Dengan demikian perintah zikir sebanyak-banyaknya pada peristiwa tersebut merupakan langkah pemecahan masalah yaitu memecahkan masalah nilai-nilai kepositifan seorang nabi mengawini istri dari anak angkatnya sendiri, sarana zikir itu pada dunia sekarang mungkin dapat melewati pendekatan sosiologi keluarga.
Dalam surat Al-Anfal ayat 45 disebutkan :
Artinya : �Hai orang-orang beriman apabila kamu memerangi pasukan musuh maka berteguh hatilah kamu lalu sebutlah dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya agar kamu mendapatkan kejayaan� .
Penerapan perintah �ingat� di sana hampir dipastikan yaitu mengingat hukum-hukum perang, jalan menuju kemenangan dan kekalahan dengan segala pera ngkat dan sistemnya, dengan itu akan mendapatkan kemenangan. Perang Uhud merupakan kelalaian sehingga nabi yang sebenarnya sudah mencapai kemenangan akhirnya menemui kekalahan.
Apabila zikir disama artikan mengingat zatnya, atau mengingat sifat-sifat kebesaran-Nya atau mengingat sunnatullah secara umum apalagi hanya diartikan dengan menyebut secara lisan, niscaya umat Islam akan mengalami kekalahan dalam perang. Dengan demikian tujuan berzikir dalam rangka memecahkan masalah dalam hal ini memecahkan problema menghadapi pasukan musuh.
Sebenarnya masih banyak ayat-ayat yang senada dengan peristiwa yang berbeda-beda, dengan dua kasus tersebut dapat disimpulkan bahwa mengingat Allah yaitu mengingat hukum Allah, sehingga dapat menjawab permasalahan yang dihadapi umat Islam pada waktu itu. Tentunya obyek yang diingat tidak sama, prinsipnya dapat memberikan pemecahan masalah, khususnya masalah sosial.
Tidak ada artinya mengingat Allah (Zikrullah) apabila tidak memberikan pemecahan masalah. Jadi pengertian tegakkanlah sholat untuk mengingat Allah ialah tegakkanlah sholat untuk mengingat hukum-hukum Allah khususnya yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi secara umat Islam senantiasa mampu memecahkan problema kehidupan yang tidak pernah habis-habisnya. Dengan demikian sholat merupakan sarana pemecahan problema kehidupan.
Pada surat Al-Ankabut ayat 45 disebutkan : yaitu Al-Kitab dan dirikanlah sholat. Sesungguhnya sholat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar dan sesungguhnya mengingat Allah lebih besar l agi (dalam mencegah perbuatan keji dan mungkar). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan� .
Pada ayat itu disebutkan bahwa aktivitas sholat memiliki potensi mencegah manusia dari perbuatan keji dan mungkar, tapi yang harus diperhatikan zikir kepada Allah jauh lebih utama dalam menanggulangi perbuatan keji dan mungkar. Pada ayat sebelumnya dikatakan bahwa tujuan sholat untuk mengingat hukum Allah, berfungsi sebagai pemecahan masalah, diantaranya masalah dari perbuatan keji dan mungkar, tapi mengingat hukum Allah secara khusus, jauh lebih efektif, karena waktu yang digunakan lebih panjang, kebebasan yang digunakan untuk mempelajari permasalahan dan pemecahan lebih bebas, misalnya orang Islam yang memiliki kebiasaan mencela saudaranya sendiri, bahkan seperti ada kebanggaan dan kesenangan dapat menyudutkan atau mempermalukan saudaranya, untuk memperbaiki kekejian ini diperlukan evaluasi yang berhubungan dengan beberapa variabel (data) yang memungkinkan menjadi sebab mereka melakukan kekejian, hal itu tentu lebih sedikit sekali dilakukan pada waktu sholat.
Biasanya sifat pemecahan masalah pada sholat berlaku umum hanya sebagai sarana membuka kesadaran saja, misalnya pada waktu kita menjalankan sholat mengucapkan IHDINASH-SHIROTHOL MUSTAQIM, SHIROTHOL-LADZINAA AN ‘AMTA �ALAIHIM GHOIRIL MAGHDHUUBI �ALAIHIM WALADH-DHOL-LIIN, artinya �Tunjukkanlah kami jalan yang lurus, sebagaimana jalan orang-orang yang telah Engkau beri petunjuk, bukan jalan orang-orang yang dholim�.
Permohonan dan ikrar ini apabila terus diucapkan dan diucapkan secara hikmat dan penuh kekhusukan akan membuka kesadaran dan mengevaluasi diri akan segala perbuatan-perbuatan keji yang telah dilakukan selama ini, kalau ia benar-benar tobat dan mau meninggalkan jalan orang-orang dholim dan ingin memasuki jalannya orang-orang sholih, niscaya ia akan berzikir lebih banyak di luar sholat dengan zikir khusus yaitu mendalami hukum-hukum sunnatullah yang berhubungan dengan masalah kerusakan moral yang dihadapi. Misalkan dalam menanggulangi sifat kebanggaan pada diri ketika menganiaya saudaranya. Insya Allah akan berhasil. Oleh karena itu Allah memerintahkan kepada hamba-Nya agar menjalankan sholat dengan khusuk dan membaca ayat-ayat al-Qur’an sehubungan dengan permasalahan yang dihadapi, tentunya mereka harus mem ahami apa yang dibaca. Tahap mengerti maknanya, sholat tidak dapat berfungsi sebagai pencegahan perbuatan keji dan mungkar. Apabila sholat lima waktu belum mencukupi, Allah memerintahkan sholat sunnah, khususnya sholat malam sebagai langkah tambahan pemecahan masalah.
�Dan pada sebagian malam hari tegakkanlah sholat tahajud sebagai tambahan bagimu mudah-mudahan Penguasamu akan mengangkat kami ke tempat yang terpuji. Dan katakanlah : �Ya Tuhanku masukkanlah aku ke jalan masuk yang benar dan keluarkanlah aku ke jalan keluar yang benar dan berikanlah kepada-Ku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong. Dan katakanlah : �Yang benar telah datang dan yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap� (QS. Al-Isro’ : 81).
Pada ayat sebelumnya, jelasnya pada ayat 76 � 78 dikisahkan bahwa orang-orang kafir telah membuat kegelisahan dan mereka akan mengusirmu, lalu Allah memerintahkan sholat wajib dan sholat tahajud di malam hari, untuk menghadapi masalah tersebut. Apabila sholat itu dilakukan dengan kesungguhan dan kekhusukan, akan dapat mengangkat umat Islam pada tempat yang terpuji, mereka akan dapat menemukan jalan keluar dari kemelut itu yaitu jalan kemenangan, mengalahkan orang kafir atau mati dalam mempertahankan keimanan.
Sekarang ini umat Islam banyak yang keliru dalam menempatkan kedudukan sholat tahajud, ia tidak lagi dipakai sebagai sarana pemecahan masalah umat Islam yang tengah menghadapi tantangan orang kafir, melainkan sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah, dengan sistem biarawati. Tempat sholatnya disakralkan sebagai goa, tempat pertapaan yang dapat memberikan wangsit. Targetnya hanya dapat senantiasa menyebut nama Allah, Istighfar (minta ampun) dan memuji-Nya, dimanapun Ia berada, sampai jarak hatinya dengan Allah sangat dekat, digambarkan seperti ikatan darah dan daging. Ia tidak peduli lagi dengan masalah-masalah sosial, apakah umat Islam hari ini menerima musibah, penindasan, ketertinggalan teknologi dengan orang-orang kafir, hal itu tidak dipentingkan lagi. Sholat seperti itu sebenarnya tidak ada artinya. Banyak orang yang menjalankan sholat tahajud, tidak akan dapat membantu masalah umat Islam, karena di dalam sholat tahajudnya tidak dipersiapkan memecahkan masalah sosial.
 
Tujuan Sholat Yang Tertulis Dalam Al-Qur’an
Surat Thoha ayat 14 menyebutkan :
�Sesungguhnya Aku ini Allah tidak ada illah melainkan Aku, maka berbaktilah kepada-Ku dan dirikanlah sholat untuk mengingat Allah�.
Ayat diatas menjelaskan bahwa tujuan Allah memerintahkan sholat dalam rangka untuk mengingat Allah. Para ilmuwan berbeda pendapat dalam menafsirkan kalimat mengingat Allah , mereka ada yang menafsirkan :
Mengingat Zat-Nya
Mengingat sifat-sifat-Nya
Mengingat kenikmatan-kenikmatan dan ancaman/siksa Allah
Mengingat sunnatullah yang diberlakukan-Nya
Untuk mendapatkan kepastian dari pengertian tersebut, bersama ini kami sampaikan beberapa ayat penunjang, insya Allah akan dapat memberikan pengertian ya ng lebih kongkrit lagi (jelas) diantaranya tertulis pada surat Al-Ahzab ayat 37 � 43 berbunyi sebagai berikut :
�Dan ingatlah ketika kamu berkata kepada orang yang Allah telah melimpahkan nikmat kepadanya : �Tahanlah terus istrimu dan bertaqwalah kepada Allah’ sedang kamu menyembunyikan di dalam hatimu apa yang Allah akan menyatakan dan kamu takut kepada manusia padahal Allah yang berhak untuk kamu takuti.
Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya (menceraikan), Kami kawinkan kamu dengan dia supaya tidak ada keberatan lagi orang-orang mukmin untuk mengawini istri-istri anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan perceraian terhadap istrinya. Dan ketetapan Allah pasti terjadi.
Tidak ada keberatan atas nabi apa yang telah ditetapkan Allah baginya, sebagaimana para nabi-nabi yang telah berlalu dahulu dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku.
Orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada takut kepada seorangpun selain Allah dan cukuplah Allah sebagai pembuat perhitungan.
Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki diantara kamu tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
Hai orang-orang yang beriman ingatlah Allah dengan mengingat sebanyak-banyaknya. Dan sucikanlah Dia di waktu pagi dan petang.
Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-malaikat supaya Ia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya. Dan adalah Allah Maha Menyayang kepada orang-orang beriman� .
Pada prinsipnya ayat tersebut mengisahkan ketika Zaid, anak angkat Rasulullah berkehendak menceraikan istrinya, Rasul memgatakan tahanlah terus istrimu, padahal Rasul bersimpati (menaruh hati), hal itu dilakukan karena Rasul takut kepada pandangan manusia saat itu, barangkali memandang bahwa mencintai bekas istri anak angkatnya merupakan keaiban, apalagi sampai mengawininya. Lalu Allah memerintahkan kepada nabi untuk mengawininya, perintah itu mungkin dirasakan berat bagi nabi karena akan mendobrak tradisi masyarakat yang berlaku, lalu Allah menjelaskan bahwa nabi-nabi sejak dulu tidak pernah keberatan menerima ketetapan Allah. Lalu Allah memerintahkan kepada orang-orang beriman, yang mungkin masih terpengaruh budaya masyarakat, agar berdzikir (mengingat) kepada Allah, dengan sebanyak-banyaknya bahkan dengan mensucikan Allah secara rutin pagi dan petang.
Perintah mengingat pada ayat tersebut dapat dipastikan mengingat perintah Allah dalam mengawinkan nabi kepada anak angkatnya, merupakan nilai atau hukum positif, sebab akan membawa perbaikan dan menjauhkan dari kerusakan. Apabila orang-orang beriman tidak mendalami perintah tersebut dengan sebanyak-banyaknya, sampai tidak mengetahui kebaikannya mereka pasti akan mengecam Allah atau menyalahkannya, kalau sudah demikian mereka akan menjadi kafir kembali.
Dengan demikian perintah zikir sebanyak-banyaknya pada peristiwa tersebut merupakan langkah pemecahan masalah yaitu memecahkan masalah nilai-nilai kepositifan seorang nabi mengawini istri dari anak angkatnya sendiri, sarana zikir itu pada dunia sekarang mungkin dapat melewati pendekatan sosiologi keluarga.
Dalam surat Al-Anfal ayat 45 disebutkan :
Artinya : �Hai orang-orang beriman apabila kamu memerangi pasukan musuh maka berteguh hatilah kamu lalu sebutlah dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya agar kamu mendapatkan kejayaan� .
Penerapan perintah �ingat� di sana hampir dipastikan yaitu mengingat hukum-hukum perang, jalan menuju kemenangan dan kekalahan dengan segala pera ngkat dan sistemnya, dengan itu akan mendapatkan kemenangan. Perang Uhud merupakan kelalaian sehingga nabi yang sebenarnya sudah mencapai kemenangan akhirnya menemui kekalahan.
Apabila zikir disama artikan mengingat zatnya, atau mengingat sifat-sifat kebesaran-Nya atau mengingat sunnatullah secara umum apalagi hanya diartikan dengan menyebut secara lisan, niscaya umat Islam akan mengalami kekalahan dalam perang. Dengan demikian tujuan berzikir dalam rangka memecahkan masalah dalam hal ini memecahkan problema menghadapi pasukan musuh.
Sebenarnya masih banyak ayat-ayat yang senada dengan peristiwa yang berbeda-beda, dengan dua kasus tersebut dapat disimpulkan bahwa mengingat Allah yaitu mengingat hukum Allah, sehingga dapat menjawab permasalahan yang dihadapi umat Islam pada waktu itu. Tentunya obyek yang diingat tidak sama, prinsipnya dapat memberikan pemecahan masalah, khususnya masalah sosial.
Tidak ada artinya mengingat Allah (Zikrullah) apabila tidak memberikan pemecahan masalah. Jadi pengertian tegakkanlah sholat untuk mengingat Allah ialah tegakkanlah sholat untuk mengingat hukum-hukum Allah khususnya yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi secara umat Islam senantiasa mampu memecahkan problema kehidupan yang tidak pernah habis-habisnya. Dengan demikian sholat merupakan sarana pemecahan problema kehidupan.
Pada surat Al-Ankabut ayat 45 disebutkan : yaitu Al-Kitab dan dirikanlah sholat. Sesungguhnya sholat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar dan sesungguhnya mengingat Allah lebih besar l agi (dalam mencegah perbuatan keji dan mungkar). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan� .
Pada ayat itu disebutkan bahwa aktivitas sholat memiliki potensi mencegah manusia dari perbuatan keji dan mungkar, tapi yang harus diperhatikan zikir kepada Allah jauh lebih utama dalam menanggulangi perbuatan keji dan mungkar. Pada ayat sebelumnya dikatakan bahwa tujuan sholat untuk mengingat hukum Allah, berfungsi sebagai pemecahan masalah, diantaranya masalah dari perbuatan keji dan mungkar, tapi mengingat hukum Allah secara khusus, jauh lebih efektif, karena waktu yang digunakan lebih panjang, kebebasan yang digunakan untuk mempelajari permasalahan dan pemecahan lebih bebas, misalnya orang Islam yang memiliki kebiasaan mencela saudaranya sendiri, bahkan seperti ada kebanggaan dan kesenangan dapat menyudutkan atau mempermalukan saudaranya, untuk memperbaiki kekejian ini diperlukan evaluasi yang berhubungan dengan beberapa variabel (data) yang memungkinkan menjadi sebab mereka melakukan kekejian, hal itu tentu lebih sedikit sekali dilakukan pada waktu sholat.
Biasanya sifat pemecahan masalah pada sholat berlaku umum hanya sebagai sarana membuka kesadaran saja, misalnya pada waktu kita menjalankan sholat mengucapkan IHDINASH-SHIROTHOL MUSTAQIM, SHIROTHOL-LADZINAA AN ‘AMTA �ALAIHIM GHOIRIL MAGHDHUUBI �ALAIHIM WALADH-DHOL-LIIN, artinya �Tunjukkanlah kami jalan yang lurus, sebagaimana jalan orang-orang yang telah Engkau beri petunjuk, bukan jalan orang-orang yang dholim�.
Permohonan dan ikrar ini apabila terus diucapkan dan diucapkan secara hikmat dan penuh kekhusukan akan membuka kesadaran dan mengevaluasi diri akan segala perbuatan-perbuatan keji yang telah dilakukan selama ini, kalau ia benar-benar tobat dan mau meninggalkan jalan orang-orang dholim dan ingin memasuki jalannya orang-orang sholih, niscaya ia akan berzikir lebih banyak di luar sholat dengan zikir khusus yaitu mendalami hukum-hukum sunnatullah yang berhubungan dengan masalah kerusakan moral yang dihadapi. Misalkan dalam menanggulangi sifat kebanggaan pada diri ketika menganiaya saudaranya. Insya Allah akan berhasil. Oleh karena itu Allah memerintahkan kepada hamba-Nya agar menjalankan sholat dengan khusuk dan membaca ayat-ayat al-Qur’an sehubungan dengan permasalahan yang dihadapi, tentunya mereka harus mem ahami apa yang dibaca. Tahap mengerti maknanya, sholat tidak dapat berfungsi sebagai pencegahan perbuatan keji dan mungkar. Apabila sholat lima waktu belum mencukupi, Allah memerintahkan sholat sunnah, khususnya sholat malam sebagai langkah tambahan pemecahan masalah.
�Dan pada sebagian malam hari tegakkanlah sholat tahajud sebagai tambahan bagimu mudah-mudahan Penguasamu akan mengangkat kami ke tempat yang terpuji. Dan katakanlah : �Ya Tuhanku masukkanlah aku ke jalan masuk yang benar dan keluarkanlah aku ke jalan keluar yang benar dan berikanlah kepada-Ku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong. Dan katakanlah : �Yang benar telah datang dan yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap� (QS. Al-Isro’ : 81).
Pada ayat sebelumnya, jelasnya pada ayat 76 � 78 dikisahkan bahwa orang-orang kafir telah membuat kegelisahan dan mereka akan mengusirmu, lalu Allah memerintahkan sholat wajib dan sholat tahajud di malam hari, untuk menghadapi masalah tersebut. Apabila sholat itu dilakukan dengan kesungguhan dan kekhusukan, akan dapat mengangkat umat Islam pada tempat yang terpuji, mereka akan dapat menemukan jalan keluar dari kemelut itu yaitu jalan kemenangan, mengalahkan orang kafir atau mati dalam mempertahankan keimanan.
Sekarang ini umat Islam banyak yang keliru dalam menempatkan kedudukan sholat tahajud, ia tidak lagi dipakai sebagai sarana pemecahan masalah umat Islam yang tengah menghadapi tantangan orang kafir, melainkan sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah, dengan sistem biarawati. Tempat sholatnya disakralkan sebagai goa, tempat pertapaan yang dapat memberikan wangsit. Targetnya hanya dapat senantiasa menyebut nama Allah, Istighfar (minta ampun) dan memuji-Nya, dimanapun Ia berada, sampai jarak hatinya dengan Allah sangat dekat, digambarkan seperti ikatan darah dan daging. Ia tidak peduli lagi dengan masalah-masalah sosial, apakah umat Islam hari ini menerima musibah, penindasan, ketertinggalan teknologi dengan orang-orang kafir, hal itu tidak dipentingkan lagi. Sholat seperti itu sebenarnya tidak ada artinya. Banyak orang yang menjalankan sholat tahajud, tidak akan dapat membantu masalah umat Islam, karena di dalam sholat tahajudnya tidak dipersiapkan memecahkan masalah sosial.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Memperdalam Agama Allah(Agama Islam) - Blogger Templates - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -