Assalamu’alaykum sobat elfata yang dirahmati Allah. Perkenalkan, nama saya Ummu Ditya Erliana. Biasa disapa dengan nama Ummu. Saat ini saya sedang melanjutkan studi magister di jurusan Gizi Klinik (Clinical Nutrition), Saint Louis University.Saya menginjakkan kaki pertama kali di Amerika Serikat pada tanggal 17 Agustus 2014.
Hari-hari awal saya menginjakkan kaki di Saint Louis begitu mengesankan. Warga lokal kota Saint Louis ramah dan respek dengan pendatang terutama para pelajar asing. Hal yang membuat saya lebih berkesan lagi adalah adanya masjid di dalam kampus. Masjid Bilal, merupakan masjid yang cukup tua di kota Saint Louis. Hal tersebut merupakan saah satu kemudahan dari Allah untuk bisa beribadah dan berusilaturahim dengan muslim Saint Louis dari berbagai latar belakang negara seluruh dunia.
Kegiatan yang dilaksanakan pun beragam. Tidak hanya sholat berjamaah lima waktu, namun juga pengajian rutin setiap jumat untuk para muslimah, sholat jumat, baca-tulis-menghafal Al-Quran. Pada saat bulan Ramadhan, masjid dipenuhi dengan kegiatan buka bersama dan sholat tarawih setiap hari, serta itikaf pada 10 malam terakhir. Masjid menyediakan snack dan nasi kotak saat buka puasa, serta sahur pada 10 malam terakhir. Makanan lezat yang disajikan didominasi oleh makanan dari Pakistan dan Timur Tengah.
Warga non-muslim di sekitar kampus sangat respek. TIdak pernah saya temukan adanya kegiatan pelarangan ibadah di sekitar lingkungan kampus. Saya sendiri hampir 2 tahun merasakan kenyamanan beribadah di dalam dan di luar kampus. Belum pernah saya alami adanya diskriminasi ataupun tindakan yang menimbulkan ketidaknyamanan
Hari-hari awal saya menginjakkan kaki di Saint Louis begitu mengesankan. Warga lokal kota Saint Louis ramah dan respek dengan pendatang terutama para pelajar asing. Hal yang membuat saya lebih berkesan lagi adalah adanya masjid di dalam kampus. Masjid Bilal, merupakan masjid yang cukup tua di kota Saint Louis. Hal tersebut merupakan saah satu kemudahan dari Allah untuk bisa beribadah dan berusilaturahim dengan muslim Saint Louis dari berbagai latar belakang negara seluruh dunia.
Kegiatan yang dilaksanakan pun beragam. Tidak hanya sholat berjamaah lima waktu, namun juga pengajian rutin setiap jumat untuk para muslimah, sholat jumat, baca-tulis-menghafal Al-Quran. Pada saat bulan Ramadhan, masjid dipenuhi dengan kegiatan buka bersama dan sholat tarawih setiap hari, serta itikaf pada 10 malam terakhir. Masjid menyediakan snack dan nasi kotak saat buka puasa, serta sahur pada 10 malam terakhir. Makanan lezat yang disajikan didominasi oleh makanan dari Pakistan dan Timur Tengah.
Warga non-muslim di sekitar kampus sangat respek. TIdak pernah saya temukan adanya kegiatan pelarangan ibadah di sekitar lingkungan kampus. Saya sendiri hampir 2 tahun merasakan kenyamanan beribadah di dalam dan di luar kampus. Belum pernah saya alami adanya diskriminasi ataupun tindakan yang menimbulkan ketidaknyamanan
yang ditujukan kepada saya sebagai seorang muslimah. Jika sedang dalam perjalanan atau berada pada tempat yang tidak dapat mengakses masjid, saya biasanya menggunakan aplikasi di telepon genggam untuk mengetahui masjid terdekat, waktu sholat dan arah kiblat.
Di kampus saya terdapat Cross Cultural Center Multipurpose Room, dimana kita bisa menggunakannya sebagai tempat sholat jika tidak sempat untuk mengunjungi Masjid Bilal. Selain itu, quiet study room yang biasa digunakan untuk belajar dan juga berdiskusi juga bisa dijadikan alternatif tempat sholat yang nyaman.
Hal lain yang tidak kalah penting adalah akses terhadap makanan halal. Dining hall di kampus saya terdapat spot yang khusus menyediakan makanan halal bagi mahasiswa muslim. Jika ingin berhemat tentu saja kita harus masak sendiri. Meski dengan kemampuan memasak terbatas sekalipun, mahasaiswa di luar negeri sangat disarankan untuk masak sendiri. Bukan hanya mempertimbangkan unsur penghematan, namun juga kesehatan.
Bahan makanan sumber protein hewani yang halal seperti daging sapi dan daging ayam cukup mudah dijangkau oleh mahasiswa muslim di Saint Louis. Terdapat beberapa pilihan alternatif, pembelian secara partai besar dengan harga grosir, maupun eceran. Untuk pembelian secara partai besar biasanya beberapa mahasiswa membelinya secara gabungan dalam jumlah besar sehingga bisa memperoleh harga yang lebih murah dan dibekukan dalam kulkas. Stok bahan makanan hewani melalui pembelian di home depot tersebut mampu memenuhi kebutuhan hingga 2-3 bulan.
Jika membeli eceran bisa dilakukan di 35 supermarket halal di wilayah Saint Louis. Afghan Market, The Vine dan Mid Eastern market adalah yang terdekat dan bisa diakses dengan satu kali bus kota sekitar 20 menit dari kampus Saint Louis University. Jika ingin merasakan makanan fast food ala Amerika, terdapat Pops Steak Fish & Chicken yang menyediakan makanan halal. Di kota Saint Louis sendiri terdapat 49 restoran halal yang menyediakan berbagai macam variasi makanan dengan variasi cita rasa masakan seperti Tmur Tengah, India, dan Amerika.
Di kampus saya terdapat Cross Cultural Center Multipurpose Room, dimana kita bisa menggunakannya sebagai tempat sholat jika tidak sempat untuk mengunjungi Masjid Bilal. Selain itu, quiet study room yang biasa digunakan untuk belajar dan juga berdiskusi juga bisa dijadikan alternatif tempat sholat yang nyaman.
Hal lain yang tidak kalah penting adalah akses terhadap makanan halal. Dining hall di kampus saya terdapat spot yang khusus menyediakan makanan halal bagi mahasiswa muslim. Jika ingin berhemat tentu saja kita harus masak sendiri. Meski dengan kemampuan memasak terbatas sekalipun, mahasaiswa di luar negeri sangat disarankan untuk masak sendiri. Bukan hanya mempertimbangkan unsur penghematan, namun juga kesehatan.
Bahan makanan sumber protein hewani yang halal seperti daging sapi dan daging ayam cukup mudah dijangkau oleh mahasiswa muslim di Saint Louis. Terdapat beberapa pilihan alternatif, pembelian secara partai besar dengan harga grosir, maupun eceran. Untuk pembelian secara partai besar biasanya beberapa mahasiswa membelinya secara gabungan dalam jumlah besar sehingga bisa memperoleh harga yang lebih murah dan dibekukan dalam kulkas. Stok bahan makanan hewani melalui pembelian di home depot tersebut mampu memenuhi kebutuhan hingga 2-3 bulan.
Jika membeli eceran bisa dilakukan di 35 supermarket halal di wilayah Saint Louis. Afghan Market, The Vine dan Mid Eastern market adalah yang terdekat dan bisa diakses dengan satu kali bus kota sekitar 20 menit dari kampus Saint Louis University. Jika ingin merasakan makanan fast food ala Amerika, terdapat Pops Steak Fish & Chicken yang menyediakan makanan halal. Di kota Saint Louis sendiri terdapat 49 restoran halal yang menyediakan berbagai macam variasi makanan dengan variasi cita rasa masakan seperti Tmur Tengah, India, dan Amerika.
Komunitas Muslim
Selain itu, komunitas muslim di Amerika Serikat cukup kuat. Hal ini bisa dilihat dari antusiasme peserta Muktamar IMSA (Indonesian Muslim Society in America) yang meningkat jumlahnya setiap tahun. Dalam dua tahun berturut-turut saya mengikuti kegiatan akbar tahunan komunitas muslim Indonesia terbesar di Amerika Serikat ini. Selain sebagai ajang silaturahim, kegiatan ini juga mengisi kembali ruhani yang kering oleh rutinitas duniawi.
Anak-anak dan remaja pun memiliki kelas tersendiri yang disesuaikan dengan umur dan kebutuhan mereka. Selain itu, muktamar IMSA juga menjadi ajang pengobat rindu makanan-makanan Indonesia yang jarang didapatkan di daerah setempat melalui bazar yang diisi oleh stand-stand masakan Indonesia. Selain bazar makanan, juga terdapat stand pakaian dan lain-lain. Untuk Muktamar IMSA tahun ini tidak hanya diisi oleh kajian keislaman, namun juga diisi oleh bedah buku “Ayat-ayat Cinta 2” oleh penulis terkenal, Habiburrahman El Shirazy.
Hal lain yang menjadikan Muktamar IMSA 2015 menjadi istimewa adalah pemilihan presiden IMSA dan IMSIS (IMSA Sister) yang dipilih setiap 2 tahun sekali. Terpilih bapak Syafrin Murdas dari Virginia dan ibu Vivi Darmansyah dari Maryland sebagai presiden IMSA dan IMSIS periode ini.Muktamar IMSA juga dilengkapi oleh 3 Representative Council yang dipilih dalam waktu yang bersamaan dengan pemilihan presiden IMSA dan IMSIS. Representative Council yang terpilih antara lain, Bapak Aria Novianto (Chair), Bapak Ariane Sudrajat, dan Bapak Aslan Baco.
Selain IMSA, di kampusku juga terdapat komunitas mahasiswa muslim yang terdiri dari berbagai mahasiswa muslim dari berbagai negara. Komunitas tersebut bernama Muslim Student Association. Kegiatannya pun bermacam-macam. Mulai dari perayaan hari besar, buka puasa bersama, penggalangan dana kemanusiaan, hingga kajian-kajian keislaman baik rutin maupun insidental. Setiap mahasiswa muslim dapat mengikuti kegiatan tersebut. Selain berupa kegiatan, agenda yang dilaksanakan oleh MSA adalah advokasi berupa bantuan jika mengalami kesulitan atau diskriminasi dalam hal pekerjaan, kuliah, atau konsultasi lainnya.
Selama kurang lebih 1,5 tahun disini, pengalaman dan kenanganku menjadi seorang muslimah di negeri paman sam sangat baik. Isu-isu yang berkembang di media cetak, elektronik, dan sosial media mengenai pencitraan yang kurang baik akan ketidakramahan negara ini kepada muslim belum pernah aku alami secara langsung. Secara pribadi, rekomendasi yang bisa kuberikan untuk sobat pembaca yang ingin tinggal disini adalah melakukan riset dengan membaca media terpercaya dan memperoleh informasi seakurat mungkin dengan bertanya kepada muslim setempat melalui IMSA atau forum lokaliti lainnya. Mereka dengan senang hati akan memberikan informasi yang akurat dan detail mengenai bagaimana beradaptasi dengan kehidupan di daerah tersebut serta akses terhadap kebutuhan lainnya. Sampai jumpa di Amerika!
Ummu Ditya Erliana, Saint Louis University (2014 – sekarang)
Motto hidup: Be the best, be the first, and be the most only for Allah. More give more achieve, so just do it!